Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the loginizer domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/sudarmo.com/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Taqarrub Kepada Allah Subhanahu wa ta’ala – IKHLASBUPOLO
ARTIKELKEAGAMAAN

Taqarrub Kepada Allah Subhanahu wa ta’ala

Taqarrub kepada Allah subhanahu wa ta’ala

Perspektif Al-Qur’an

Dr. Atabik Luthfi, MA

Dibuat Tanggal 29-07-2021

Alhamdulillah atas semua karunia Allah swt yang tiada terhingga. Dialah yang Mencipta dan Memberi Petunjuk. Memberi kebutuhan makan dan minum. Apabila sakit, Dialah yang Menyembuhkan. Dan Dialah yang akan menghidupkan di kehidupan hakiki di akhirat kelak. (Asy-Syu’ara: 78-81)

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada manusia pilihan, nabi akhir zaman, teladan dalam semua aspek kehidupan. Mengikuti, meneladani dan mengamalkan semua tuntunanNya merupakan media agar kita layak mendapat syafa’at kelak.

Dekat dan selalu berusaha mendekat kepada Allah swt merupakan kebutuhan seorang hamba agar dapat menjalankan ibadah, amal shalih, dan meraih pertolongan Allah swt. Karena hakikat seorang makhluk adalah lemah dan sangat butuh kepada Al-khaliq:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلْفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ

Wahai sekalian manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”. (Fathir: 15)

Dekat dan mendekat kepada Allah swt seharusnya dijalankan dalam semua situasi dan kondisi; saat kondisi nikmat, sehat dan lapang, agar tidak lalai dan berlebih-lebihan. Sedang saat dalam kondisi ujian, sakit dan sulit, agar tenang dan disabarkan oleh Allah, serta diberi solusi yang terbaik. Bahkan perintah mendekat kepada Allah swt menggunakan bahasa ‘Al-Firar’ yang menunjukkan kesegeraan dan berlari kencang menuju Allah swt:

فَفِرُّوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۖ إِنِّى لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

Maka segeralah berlari menuju kepada Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu”. (Adz-Dzariyat: 50)

Ada dua makna tentang ‘Al-Firar’ di ayat ini, yaitu segera kembali mendekat kepada Allah swt dengan bertaubat (Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir), dan berlari dari azab Allah menuju rahmatNya yang agung (At-Tafsir Al-Muyassar). Prof. Wahbah Zuhaily menggabungkan antara beragam makna dari ikhtiar mendekat kepada Allah swt, ‘Menjauhlah dari hukuman Allah, dari kemaksiatan menuju pahala dan ridhaNya dengan bertaubat, beriman dan taat (kepadaNya)’. (Tafsir Al-Munir)

Terdapat tiga jenis kedekatan Allah dengan hamba-hambaNya. Pertama, kedekatan dalam bentuk ketetapanNya, yaitu Allah swt selalu bersama mengawasi, melihat, dan mencatat hamba-hambaNya. Kedua, kedekatan karena keta’atan hamba kepadaNya. Ketiga, kedekatan yang sangat istimewa, yaitu Allah swt berkenan memenuhi seluruh permohonan hamba-hambaNya kepadaNya.

Kedekatan pertama yang bersifat mutlak tidak menunjukkan keistimewaan atau keutamaan. Semua manusia, pasti diatur, diawasi, dilihat, dan dicatat oleh Allah swt tanpa terkecuali. Kedekatan seperti ini merupakan bukti Maha Kuasa dan Maha Mengetahui Allah swt atas seluruh hamba-hambaNya,

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Al-Hadid: 4)

Meyakini kedekatan yang pertama ini sudah cukup bagi seorang hamba yang beriman untuk mampu selalu menghadirkan  sifat raja’ (sangat berharap) dan khauf (sangat takut) kepada Allah swt, dengan selalu berusaha berada di jalan yang diridhaiNya.

Dalam kitab Mukhtashar Tafsir disebutkan, ‘Dan Dia bersama kalian di mana saja kalian berada -wahai manusia- dengan ilmu-Nya, tidak ada dari kalian sesuatu yang tersembunyi dari-Nya, dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan, tidak ada dari amal perbuatan kalian yang tersembunyi dari-Nya, dan Dia akan membalas kalian atas amal perbuatan kalian itu’.

Prof. Wahbah Zuhaily menambahkan ‘Dengan kuasa dan ilmuNya, dia bersama makhluk-makhlukNya dan tidak terpisah sedikitpun dari kalian. Maknanya adalah tidak bersama secara Dzat. Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan sehingga tidak ada satupun yang luput dariNya dan akan membalas kalian atas hal itu”. (Tafsir Al-Munir)

Makna kedekatan Allah swt dengan hamba-hambaNya di ayat ini, dikaitkan oleh para ulama tafsir dengan surat Al-Mujadilah: 7,

مَا يَكُونُ مِن نَّجْوَىٰ ثَلَٰثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَآ أَدْنَىٰ مِن ذَٰلِكَ وَلَآ أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا۟ ۖ

Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada.”

Kedekatan yang bersifat pasti dan mutlak juga adalah kedekatan dengan pencatatan melalui malaikat Raqib dan ‘Atid. Malaikat ‘hafadzah’ (penjaga), dan malaikat ‘katabah’ (pencatat) yang selalu bersama manusia dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun.

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (Qaaf: 18)

Ucapan lisan baik yang nyata maupun yang tersembunyi, dipastikan ada dalam kitab catatan para malaikat Allah swt, bagaimana dengan sikap dan amal perbuatan yang nyata dari manusia? Peringatan Allah swt di ayat ini semakin menjadikan hamba yang selalu berhati-hati, mawas diri, dan waspada dalam berucap, bersikap dan berbuat.

Kedekatan kedua merupakan hasil dari keta’atan dan keshalihan seorang hamba. Semakin ta’at menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah swt, semakin istimewa kedekatan Allah terhadapnya. Demikian sebaliknya. Malah ikhtiar kedekatan seorang hamba, akan dibalas kedekatan yang berlebih oleh Allah swt, dan menjadi seorang yang mendapat perlindungan.

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيهِ ، وَمَا يَزالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أحْبَبْتُهُ ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإنْ سَألَنِي أعْطَيْتُهُ ، وَلَئِن اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

“Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku; yang lebih aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Hamba-Ku terus-menerus mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku pun mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia pakai untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Bila ia meminta kepada-Ku, Aku pun pasti memberinya. Dan bila ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pun pasti akan melindunginya”. (HR. Bukhari)

Hadits qudsi ini mengingatkan dua media kedekatan dengan Allah swt yang akan menambah cintaNya, yaitu memenuhi semua yang diwajibkanNya, dan menambah dengan ibadah dan amal sunnah yang diridhaiNya. Ibadah wajib dan ibadah sunnah dapat dijalankan secara bersama-sama, dan saling melengkapi. Keduanya layak mendapat perhatian besar dan sungguh-sungguh, meskipun dengan kesibukan dan profesi kehidupan yang dijalankan.

Kedekatan yang sangat spesial yang selalu diusahakan oleh hamba-hamba yang terbaik dari kalangan nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin adalah kedekatan yang paripurna; dengan akidah yang salimah, ibadah yang shahihah, dan akhlak yang mulia. Karena kedekatan yang sangat spesial inilah Allah berkenan menjadikan mereka para kekasihNya (wali-wali Allah), dan semua permohonan mereka senantiasa dipenuhi oleh Allah swt.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.(Al-Baqarah: 186)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah amat dekat dengan hambaNya. Saking dekatnya, Allah bersedia mengabulkan do’a dan munajat semua hambaNya, dalam semua persoalan kehidupan yang dihadapi. Persyaratan yang diminta oleh Allah swt di ayat kedekatan spesial ini, adalah memenuhi semua perintah Allah swt, dan meningkatkan iman kepadaNya.

قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى ، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً »

Nabi saw bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Masa pandemi yang sudah berlangsung dua tahun lebih, menjadi barometer tepat untuk bermuhasabah, sejauh mana kedekatan kita dengan Allah swt. Apa yang sudah kita penuhi dari semua perintahNya? Layakkah kita mendapat pertolongan dan perlindunganNya? Kita sangat yakin bahwa Allah akan selalu bersama hambaNya yang membersamaiNya. Dia akan menolong siapapun yang menolongNya, memberi perlindungan kepada siapa yang memohon perlindungan kepadaNya. Tidak ada kata lain yang tepat di suasana ujian ini, melainkan terus mendekat, segera mendekat, upayakan selalu dekat, perbanyak media kedekatan, dan jangan sia-siakan waktu dan keadaan terbaik untuk mendekat kepadaNya, dengan seluruh amal keimanan dan ketakwaan kita semua. Insya Allah (sumber : IKADI.OR.ID)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *