Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the loginizer domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/sudarmo.com/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
BIOGRAFI SINGKAT – IKHLASBUPOLO

BIOGRAFI SINGKAT

Cita-cita masuk Pesantren Langitan

Sudarmo Bin Yasmad, demikian nama lengkapnya, meskipun ia lebih dikenal dengan nama yang singkat: Sudarmo. Ia lahir di desa Gumantuk, Kec Sekaran, Lamongan dari pasangan suami-isteri, Hi. Abdusomad/Yasmad (Alm) – Hj. Sarminah (Almh), 8 Sept 1970. Kini, pria ini telah lebih dari separuh usianya menjadi warga yang berdomisili di kota Ambon – Maluku.

Menamatkan Sekolah Dasar Negeri di desa Gumantuk tahun 1982, pria ini semula ingin melanjutkan ke Pondok Pesantren Langitan Tuban. Namun keinginannya tidak kesampaian, lantaran ia mengikuti arahan guru-gurunya agar melanjutkan di SMP Negeri Sukodadi yang sekarang menjadi SMP Negeri 1 Pucuk. Sambil sekolah, setiap sore hingga malam hari bersama-sama dengan teman-temannya, ia belajar kepada Ustadz-ustadz, baik yang berasal alumni dari ponpes Langitan maupun alumni non ponpes Langitan. Akhirnya ia pun menamatkan di sekolah tersebut tahun 1985.

Masih belum putus keinginannya masuk ke pesantren Langitan setelah lulus SLTP, ia justru mendapatkan Nilai Ebta Murni (NEM) yang langsung bisa meloloskannya masuk SMA Negeri 2 Lamongan yang saat itu masih bernama SMPP Lamongan. Ia menamatkan di sekolah yang saat itu terfavorit se Kabupaten Lamongan pada 1988.

Pada tahun yang sama, ia menentukan pilihan untuk memasuki Perguruan Tinggi. Dengan segenggam cita-citanya yang ingin berkiprah di bidang teknik  kesehatan lingkungan pun kandas. Justru ia diterima di Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura Ambon.

Atas ijin dan restu dari keluarga, ia merantau. Takdir pun membawanya hingga kapal Rinjani merapat di pelabuhan Yos Sudarso. Ia menginjakan kakinya di kota Ambon Manise pada hari Minggu, 31 Juli 1988. Suatu hari dan tanggal yang tak pernah dapat dilupakan.

Sebagaimana seorang mahasiswa kebanyakan, selain kuliah, ia pun aktiv di sejumlah organisasi kemahasiswaan. Mulai dari organisasi kemahasiswaan independen bernama Ikatan Keluarga Mahasiswa Palapa (IKMP), Majelis Ta’lim Fakultas hingga organisasi ekstra kampus seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Selain itu, ia aktiv pula pada organisasi progam studi, Ikatan Mahasiswa Hama dan Penyakit Tumbuhan (IMAHAPEN).

Setelah menyelesaikan seluruh matakuliah, ia mengikuti Kuliah Kerja Nyata tahun 1992. Ia mendapat lokasi KKN di Dataran Waeapo, tepatnya di desa Parbulu atau Unit 17. Di sana ia tinggal dan memulai mengabdi kepada Masyarakat hingga menjadi bagian dari masyarakat di dataran Waeapo Kab. Buru. Di Waeapo ia merasakan sebagaimana di kampung halamannya sehingga ia mudah diterima di masyarakat tersebut, karena sebagian besar masyarakatnya transmigran dari Jawa, Madura dan Sunda.

Setelah menyelesaikan KKN, ia semakin aktiv pada organisasi dan lebih khusus organisasi kampus keagamamaan setelah terbentuknya Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Ikhwan Universitas Pattimura tahun 1992. Di LDK inilah, pria yang sekarang akrab di panggil Pak Mo, aktiv dalam kegiatan dakwah kampus dengan berbagai kegiatan umum seperti Kemah Dakwah Ritual (24-25 Des 1992) hingga kajian-kajian dan forum group diskusi keIslaman.

Tahun 1993, ia menamatkan kuliahnya dengan meraih gelar Sarjana Pertanian (SP). Meski telah menamatkan kuliah, ia tidak kembali ke kampung halaman karena ia memiliki obsesi mengembangkan nilai-nilai universal di kampus-kampus dan potensi diri sebagai staf pengajar.

Meniti karier Akademisi
Mulailah ia meniti karier sebagai staf di Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Universitas Darussalam Ambon, tahun 1994, yang ketika itu Dr. La Ega, MS sebagai Direkturnya. Sambil membantu proses perkuliahan di Fakultas Pertanian Unidar, akhirnya pada 1996 ia diangkat menjadi dosen tetap Yayasan Darussalam Maluku sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian.

Pada 1 Sept 1995, ia menikah dengan Hj. Nurhajati Nasution (Almh), seorang gadis yang ayahnya berasal dari Medan, Idris Nasution (Alm) sedangkan Ibunya berasal dari Morotai Selatan, Maryam Rauf (almh). Setelah menikah mereka tetap melangkah untuk terus berupaya mengembangkan nilai-nilai dakwah dalam keluarga maupun di tempat kerja serta di masyarakat. Untuk menjawab itu, maka bersama dengan saudara-saudara yang berorientasi sama mendirikan lembaga pendidikan dasar di bawah naungan Yayasan Assalam Ambon.

Memasuki masa reformasi 1998, bersama-sama dengan sejumlah ustadz, tokoh agama, cendiakawan dan mahasiswa mempelopori untuk mendeklarasikan Partai Politik : Partai Keadilan (PK). Belum tiba saat pendeklarian PK di Maluku, ia mendapat beasiswa PPs Magister di IPB Bogor pada Agustus 1998 dan diijikan oleh para deklarator lainnya.

Kuliah Magister di Program Studi Entomologi, PPs IPB Bogor tidak menyurutkan aktivitasnya di Partai. Pria yang sekarang telah dikarunia 8 orang anak ini, aktiv di struktur partai mulai di tingkat DPRa. Pada 1999, ia diamanahkan menjadi Ketua DPRa Kelurahan Tegal Gundil, Kec Bogor Utara, Kota Bogor.

Pada tahun 2001, ia menyelesaikan program Magister di IPB. Saat itu di Ambon masih diwarnai konflik. Ada tawaran dari seorang promotor agar melanjutkan studi S3 ke Jerman. Tapi tawaran tersebut tak bisa ia sambut.

Memasuki dunia Politik
16 April 2001, pria yang bergelar Magister Sain (MSi) ini,  kembali ke Ambon untuk mengabdi. Mengabdi untuk menjadi akademisi sekaligus melanjutkan cita-cita partai.

Setiba di Ambon, melalui Musyawarah Wilayah I di bulan Mei, ia mendapat amanah berat: terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Wilayah Partai Keadilan Provinsi Maluku. Suatu amanah yang sama sekali tak terbayangkan sebelumnya. Mandat itu tak bisa ia tolak, tapi harus dilaksanakan.

Sebagai akademisi, ia harus tetap mengajar di Fakultas Pertanian, Universitas Darussalam yang terletak di Tulehu, 25 KM dari kota Ambon. Dalam suasana Ambon yang masih berkecamuk konflik, untuk menempuh perjalanan dari kota Ambon ke Tulehu harus melalui rute memutar melewati negeri Hitu. Dari Hitu kemudian menaiki speed menuju Negri Liang dan selanjutnya naik kendaraan darat ke Tulehu. Perjalanan tersebut biasa ditempuh setengah hari. Sementara kalau tidak dalam kondisi konflik Ambon – Tulehu hanya membutuhkan waktu tempuh 30 – 45 menit.

Di samping itu, sebagai punggawa partai ia mesti menunaikan hasil-hasil Muswil, menahkodai jajaran fungsionaris partai. Karena itu, ia mengatur waktu selama 3 hari harus menginap di Tulehu sambil memberi kuliah dan hari yang lainya ia kembali ke kota Ambon menyelesaikan amanah partai. Kondisi ini berjalan sampai konflik Ambon mulai damai dan jalur Ambon – Tulehu bisa ditempuh melalui jalan darat.

Saat-saat menjelang 2004, sebagai Parpol peserta pemilu 1999, PK yang tidak lolos Electoral Threshold (ET) kemudian menggabungkan diri bersama Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meski menjadi PKS, pria yang pernah menjadi Pembantu Dekan III Faperta ini, pun masih tetap didaulat untuk melanjutkan kepemimpinan dalam pengurus PKS.

Memasuki pemilu PKS lolos verifikasi untuk ikut pemilu 2004. Konsekwensinya, sebagai Ketua Umum partai sudah menjadi fatsun politik bahwa bagaimana pun ketua partai seakan-akan “wajib hukumnya” dicalonkan untuk masuk ke parlemen.

Sejatinya saat pencalonan itu ia belum mau untuk masuk di parlemen, karena ia masih berkeinginan melanjutkan studi S3 seusai pemilu 2004. Secara pribadi ia pun menyampaikan kepada DPP PKS melalui Ketua Wilayah Da’wah (Wilda), agar tidak dicalonkan. Bahkan ia pun masih mengajukan opsi agar kalau tetap dicalonkan, ia meminta dicalonkan saja sebagai calon “penggembira”. Namun hal ini, tidak direstui oleh Wilda. Akhirnya ia harus taat meski dalam kondisi berat.

Pemilu 2004, PKS Maluku memperoleh amanah kepercayaan dari masyarakat yang besar dengan komposisi: 1 kursi DPR RI, 5 kursi DPRD Provinsi dan 15 kursi DPRD se Kab/Kota. Kepercayaan ini pun akhirnya membuat sang Ketua Umum masuk ke parlemen di DPRD Provinsi Maluku.

Setelah secara resmi KPU memutuskan nama Caleg yang lolos ke palemen, ia pun kembali menghadap Ketua Wilda sambil membawa formulir untuk melanjutkan S3. Ia mengajukan permohon agar setelah Dewan dilantik pada 16 Sept 2004,  segera ia mengajukan pengunduran diri untuk PAW supaya bisa melanjutkan S3. Namun lagi-lagi Ketua Wilda, Ust Feri,  tidak mengabulkan dengan mengatakan: “tidak ada PAW terencana”.

Ucapan ini ia maknai bahwa tugas di parlemen tetap harus diemban sampai masanya. Dan, olehnya itu ia harus menunda keinginan pribadi lanjut studi. Ia pun menjalankan amanah di parlemen, sebagai sarana untuk beramal.

Dalam menjalankan amanahnya di parlemen bersama empat anggota legilatif PKS: Sdr. Abdurrachman, SPd, Sdr. Talib Soumena, ST, Sdr. M. Suhfi Majid, ST dan Sdr. Sabtu Ohoirat, SPd berkiprah dalam Fraksi PKS, yang diketuai oleh Sdr. Abdurrachman, SPd.

Ia pun mendapat kepercayaan menjadi Wakil Ketua melalui pemilihan pada Sidang Paripurna DPRD. Meski sebelum itu, ada kekuatan yang ingin “menggagalkan” upaya Fraksi PKS menempatkan kadernya di unsur pimpinan. Saat menjabat menjadi pimpinan dewan, ia ingin agar tidak bermewah-mewah dalam menggunakan fasilitas negara. Apalagi saat itu, Maluku masih harus menyelesaikan persoalan pengungsi. Atas arahan dan persetujuan partai, ia pun menolak menggunakan mobil jabatan mewah yang diperuntukkannya.

Momen ini, sempat mengegerkan dan menjadi polemik panjang di berbagai media cetak maupun online. Ada yang mengkritik, tapi tidak sedikit yang simpatik. Tidak saja itu, bersama-sama rekan di Fraksi sejumlah langkah perjuangan di parlemen dilakukan hingga masa periodenya berakhir 15 Sept 2009.

Perjuangan maupun pembelaannya kepada masyarakat bersama-sama rekan sefraksinya tidak sia-sia. Saat pemilu 2009, banyak partai-partai yang berkurang kursi di Parlemen, PKS Maluku menambah jumlah kursinya dari 5 menjadi 6 kursi di DPRD Maluku. Ini merupakan karuniaNya sekaligus kepercayaan masyarakat Maluku melalui pemilihan dengan suara terbanyak. Dari hasil ini, ia pun memasuki lembaga legislatif untuk periode kedua kali bersama-sama 5 anggota lainnya: Sdr. Said M. Assegaf, Lc; Sdr. Fachri H. Alkatiri, Lc, MSi; Sdri. Saadiyah Uluputi, ST; Sdr. M. Suhfi Madjid, ST dan Sdr. Sabtu Ohoirat, SPd.

Ia bersama rekannya di Fraksi PKS harus melanjutkan perjuangan di parlemen, Lembaga yang menjadi sarana untuk mimbar dakwah. Sebagai politisi, ia menyadari sungguh bahwa di sana, di lembaga politik itu ibarat di medan pertempuran yang akan berhadapan dengan segala resiko. Ibaratnya seperti petarung di medan laga : kalau tidak “membunuh” maka akan “terbunuh”. Artinya kalau di parlemen tidak memiliki ide dan gagasan untuk kemaslahatan maka akan tergilas oleh ide dan gagasan lainnya.

Meskipun saat itu ia meneruskan perjuangan di parlemen, pria yang mendapat amanah menjadi ketua Fraksi PKS itu, tetap menyisihkan waktu untuk mengajar. Di sela-sela waktunya ia tetap memberi kuliah di Fakultas Pertanian, Unidar. Selain itu pada semester ganjil 2010 ia diminta memberi kuliah di IAIN Ambon. Bahkan, ia pun diterima mengikuti program S3 di Unhas Makasar pada semester ganjil 2011, namun tidak dilanjutkan karena perkuliahan tidak dilangskungkan di Unpatti Ambon.

Pada pemilu legislatif 2014, meski awalnya ia mempersiapkan pencalonan ke Pusat, namun akhirnya diputuskan untuk calon DPRD Provinsi kembali dari dapil Buru – Buru Selatan pada nomor urut 5. Atas ijin Allah dan dukungan dari masyarakat di Dapil Maluku 2, ia pun terpilih untuk ketiga kalinya Periode 2014 – 2019.

Pada 3 Mei 2018, ia harus berpisah dengan isteri tercinta, Hj. Nurhajati Nasution (Almh) karena telah dipanggil oleh Sang Pemilik, dengan dikaruniai 6 anak. Pada 2 Pebruari 2019, ia menikah kembali dengan putri asal P. Gorom, Kab. SBT, Sahriyani Bugis. Seorang gadis dari pasangan Bapak Ahmad Bugis/Hulihulis (alm) dengan Ibu Sarah Mandati. Alhamdulillah kini telah diakaruniai 2 anak.

Pada pemilu legislatif 2019, dicalonkan menjadi anggota DPR RI bersama anggota PKS : Sdri Saadiah Uluputy, ST; Faisal Assegaf, SSos; dan Sdri Yuni Sarah Tamnge.  Dengan pertolongan Allah melalui dukungan para konstituen yang memilih calegh-caleg PKS, membuahkan satu kursi ke DPR RI dengan terpilihnya Sdri. Saadiah Uluputty, ST.

Sejak Munas PKS 2020, kini  ia menjadi Ketua Departemen Pemenangan Pemilu dan Pemilukada, Bidang Pembinaan Wilayah Indonesia Timur, DPP PKS. Selain menjadi fungsionaris PKS, ia menjadi Ketua Dewan Pembina di Yayasan Assalam Maluku. Di Kepengurusan Muhammadiyah Maluku, ia menjadi anggota Majelis Tabligh dan Dakwah Komunitas. Kini juga merintis pengelolaan Pondok Pesantren Mahasiswa Daarul Ulum Ambon di bawah lembaga Yayasan Persaudaraan Anak Bangsa (YAPERKASA).

Pada pemilu legislatif 2024, ia kembali diamanahi menjadi calon anggota DPR RI dapil Maluku, bersama calon lainnya dengan no urut 3. Mohon do’a, restu dan dukungan dari masyarakat semua.  Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan bimbingan kepadanya bersama saudara-saudara seperjuangnya. Amin